Sabtu, 06 Maret 2010

MAJU ITU BAGUS, TAPI JANGAN SEPERTI INDIA

Dr.Ir.Sutrisno

Akhir-akhir ini kemajuan IPTEK India telah memukau dunia, terutama di bidang Teknologi Informasi (TI), 62% ekspor software India ke AS mencapai 14% ekspor India, dan pertumbuhan ekspor ini mendekati 52% atau 1,8 milyard USD pertahun. Sukses ini masih ditambah oleh prestasi per-film-an sebagai penghasil film terbesar dunia, dan bidang otomotif.

Sayang, kedahsyatan pertumbuhan ekspor itu masih dinikmati oleh segelintir orang saja, belum bisa merambah ke masyarakat umum. India masih terkenal dengan tipu-tipu India. Fasilitas umum, sampai tingkat bandara sekalipun, masih kusam dan gelap, banyak area dengan bau tak sedap. Meskipun kualitas jalan sudah baik, kondisi transportasi sangat buruk, antrian tidak teratur, mobil diparkir semau sendiri, pelayanan lama dan buruk. Di India menyerobot antrian adalah biasa, orang-orang sulit diatur, proses menjadi lamban, sehingga yang keburu karena emergensi jadi tidak sabar juga, dan nimbrung nyrobot juga. Negara yang saat ini telah memegang juara dalam TI tersebut, ternyata koneksi internet masih amburadul, sampai ke hotel-hotelnya.

Dari berbagai sumber media dilaporkan bahwa, di jalan, kendaraan saling serobot, senggolan dan srempetan sangat sering terjadi, meskipun menjadi ribut tapi “mobil tidak ditepikan”. Ujung-ujungnya mereka toh bubar begitu saja. Saking banyak kendaraan yang menyerobot dari kiri, umumnya mobil tidak menggunakan spion kiri. Bagi India, membangun transportasi masal modern dan membuat mobil bagus bukan hal yang hebat, tetapi membangun perilaku baik di jalan sangat susah. Reader’s Diggest pernah melaporkan bahwa: “Mumbai (dulu Bombay) adalah kota paling tidak bersahabat di dunia”

Teknologi, Ekonomi dan Kemiskinan

India memang juara dalam mencetak jutawan dolar baru terutama di bidang teknologi ini. Jutawan dolar India umumnya usia 30 tahun ke bawah. Saat ini tercatat 83 ribu orang dengan kekayaan di atas 1 juta USD, dan jumlahnya bertambah 13 ribu per tahun. Di dunia, menurut Forbes, tahun 2005 terdapat 586 milyuner dolar, tahun 2006 menjadi 700-an. Tambahan milyuner tersebut 10 dari India, sehingga India tahun 2006, memiliki 19 milyuner.

Pesatnya pertumbuhan ekonomi India karena booming pasar saham, sehingga akumulasi kekayaan jutawan tersebut umumnya bersumber dari lonjakan harga saham, akibat masuknya dana panas dalam sekala masif dari investor asing. Indeks harga saham di India telah meningkat 3 X lipat, sejak booming di lembah silikon tersebut. Sayangnya, industri IT di India ini hanya menyerap 0,25% angkatan kerja. Segala upaya penanggulangan pengangguran gagal dilakukan karena terganjal oleh korupsi. Hanya 10% dari dana tersebut yang benar-benar terserap oleh sasaran.

Kemiskinan di India artinya “benar-benar lapar”, dikejar-kejar penagih utang, terancam terusir, bahkan “harus menyaksikan anak meninggal kurang gizi”. Negara ini memiliki “sepertiga insinyur di bidang software dunia”, tetapi juga merupakan rumah sepertiga penduduk miskin dunia. Setengah milyar penduduk India di bawah garis kemiskinan. Dengan parameter pendapatan 1 USD perhari, maka penduduk India di bawah garis kemiskinan adalah 433 juta, yaitu dua kali lipat penduduk Indonesia.

Pemenang hadiah Nobel Ekonomi berdarah India, Amartya Sen mengatakan, ” India memang sukses dalam membangun demokrasi di bidang politik dan industri berbasis teknologi tinggi, tapi kemiskinan dan kelaparan India adalah cermin kegagalan pembangunan sosial ekonomi.

Teori Nonton Sepakbola

Nilai-nilai kemanusiaan di India sangat terpinggirkan. Hal ini terlihat dari angka 39% atau 600 juta penduduk India buta huruf, 53% anak SD drop out karena miskin, 135 juta penduduk miskin tanpa akses kesehatan, 226 juta rakyat tanpa akses air bersih. Sampai 54% atau 540 dari 1000 ibu meninggal karena melahirkan, 47% atau 51 juta balita berat kurang karena gizi buruk, 46% tumbuh kecil. Sekitar 290 juta penduduk kota tinggal di pemukiman kumuh, dan enam kota terbesar India Mumbai, Delhi, Kalkuta, Chennai, Bangalore dan Hyderabat adalah rumah 18% penduduk kumuh India.

Memang pendidikan teknologi India diakui dunia, tetapi kenapa prosentase buta huruf dan drop out SD begitu tinggi. Di sini terkesan bahwa “pinter” itu untuk “minteri”, pandai itu untuk mengakali dan menipu yang bodoh. Memang tipu-tipu India sangat dikenal. Nampaknya, produk pendidikan India adalah manusia berdaya saing tinggi yang selalu ingin mengalahkan bahkan tidak memberi kesempatan bagi lainnya. Atau mereka sukses mendidik menjadi pintar, tetapi gagal mendidik berakhlaq mulia. Ilmunyapun kurang menjamin akan terciptanya keadilan dalam kesejahteraan sosial.

Mereka mungkin tidak memahami teori nonton sepak bola, yang dikenalkan guru penulis. Nonton sepakbola, dengan semua orang duduk, setiap orang bisa menikmati. Bila tiba-tiba seorang berdiri, dia terkejut karena bisa menonton dengan lebih jelas. Ia merasa mujur dengan sedikit akalnya. Akal tersebut ditiru orang lain, setelah akhirnya semua orang berdiri, ternyata menonton menjadi susah, yang bisa menonton jelas hanyalah beberapa gelintir orang yang di paling depan. Memang India makin makmur, sebagai negara nuklir, dan bisa meluncurkan satelit sendiri, tetapi di mana keadilan dan sebagian besar nilai-nilai kemanusiaan itu ?

Dr. Ir. Sutrisno, MSME

(Telah terbit di Bernas, Yogya 21 Mei 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar